Kamis, 06 Maret 2014

Karya Tulis



 Sukses Butuh Usaha

Di sebuah desa seorang anak bernama ria tinggal bersama ayahnya yang bekerja sebagai penjual kayu dan kedua belas saudaranya ibunya telah lama tidak pulang ke indonesia dikarenakan ia adalah seorang TKI di malaysia keluarga ini sangat miskin hingga untuk makan saja mereka harus kewalahan. Karena ia adalah murid yang sangat pintar, ia ingin ilmunya tersebut dapat berkembang di kota karena di desa tempat ia tinggal, pendidikan nya sangat sederhana dan tidak ada fasilitas belajar yang layak. Maka ia pun bersikeras mencari uang walaupun harus mencari botol-botol bekas, dan mengorek got demi mendapatkan uang untuk sekolahnya. Pada suatu hari ia minta izin pada ayahnya untuk merantau di kota “ayah, aku ingin sekolah di kota untuk mengetahui alat-alat modern di sana yang tidak ada di desa ini mohon izin yah…aku akan pergi  sekarang karena uangku sudah terkumpul cukup banyak.” Lalu sang ayah menjawab “ nak sebenarnya ayah berat melepaskan mu tapi demi pendidikan ayah yakin kamu akan baik-baik saja di sana jangan berulah ya nak…kalau kamu berulah disana ayah akan kecewa dengan kamu jangan terpengaruh hal buruk ya nak…hanya kamu harapan ayah satu-satunya karena hanya kamu anak ayah yang dapat sekolah di luar kota kabari ayah ya nak kapanpun kamu mau kamu bisa datang ke rumah ”.  “ayah tenang aja…. Aku pasti bisa kok ..aku janji sama ayah akan membanggakan ayah..suatu saat aku akan menjadi seseorang yang terkenal dan membanggakan semua orang termaksud ibu   ”. sambil menangis
Lalu ria sampai dikota dan bertemu dengan teman-temannya yang baru ia sering di ejek sebagai anak kampung  ia memiliki dua orang teman akrab bernama nada dan nita. Mereka selalu berbagi pengalaman suka dan duka mereka jalani bersama. Di kelas, Ria sering di ejek oleh Carol dan teman-temannya, yaitu anak paling kaya dan pintar di sekolah tersebut. “Ria, jangan ngarep kamu bisa jadi juara di sekolah ini karena kamu adalah anak kampung yang pendidikannya kurang dan sangat kuuuurang gak seperti aku yang pendidikan anak di atas rata-rata hahahaha…”ejek carol. “oke… kita buktikan aja nanti !!! gak semua anak seperti kamu akan selalu menang! Dunia ini berputar, kadang di bawah dan kadang di atas “ balas nita. “udah nit, gak usah diladeni biar aja dia bicara sesuka hatinya” jawab nada. “udah deh teman, mending kita ke perpustakaan aja” kata ria.
Ternyata, pada saat pengambilan rapor ria lah yang menjadi best student di sekolahnya dan selalu terpilih untuk mengikuti olimpiade-olimpiade. Dari situlah ia mandapatkan beasiswa hingga sarjana di universitas di belanda. 7 tahun kemudian  Setelah ia tamat sarjana, ia melanjutkan pendidikan  sambil bekerja hingga ia tamat S2. Pada saat ia wisuda  di belanda ia mengharapkan kehadiran ayah, ibu dan keduabelas saudaranya. Saat namanya di panggil keluarganya belum datang juga hingga ia menuju panggung, ada sesosok pria tua membungkuk mengenakan baju kumuh dan wanita tua tua di sampingnya. Orang itu tidak asing baginya yaitu sang ayah dan ibunya yang datang dari kampung. “Ria… ibu tak menyangka kamu akan sukses separti sekarang ini nak..kamu ingat dengan kami kan?”. “ Ayah, Ibu kalian datang juga…Terima kasih ayah, Ibu aku merindukan kalian.”. kata ria sambil meneteskan air mata haru dan ia memeluk kedua orang itu tanpa harus malu dan merasa jijik. Semua orang yang melihat kejadian itu terharu dan meneteskan air mata. Setelah ia diwisuda, ia mengajak keluarganya berkeliling kota Amsterdam lalu mereka kembali ke desa. Di desa, Ria sudah menyiapkan Rumah mewah  dan sebuah kantor miliknya. Sementara carol yang pemalas hanya bisa meratapi nasib sebagai TKI di arab Saudi, Nita bekerja sebagai arsitektur dan Nada bekerja sebagai Dokter ahli bedah. Hingga mereka bertemu pada sebuah reuni, semua teman teman yang selalu mengolok-olok kan ria hanya bisa ternganga melihat Ria si gadis desa dapat mengejar cita-cita nya sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan terkenal dan dapat membangun panti asuhan dan sebuah Hotel berbintang lima di kota.

Rabu, 05 Maret 2014

Karya Tulis

Cerpen 

 Cinta dari seorang ibu


              pada suatu hari, sebuah peristiwa yang terjadi pada sebuah desa kecil, suatu ketika ada seorang ibu yang penuh kasih pergi ke kota besar untuk bekerja, setelah kembali ke rumah sang ibu ini berubah total dari sebelumnya. Semula ibu ini sangat mengasihi puterinya,putrinya yang bernama anni. tak peduli seberapa larut pun anaknya pulang rumah, dia akan menunggu untuk membuatkan makanan enak dan diantarkan ke hadapan anaknya. Akan tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ibu berubah dan tidak mau lagi mengurus anaknya, biar pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ibu tidak pernah mengindahkannya, bahkan tidak memasak lagi di rumah. Ketika sang anak merasa lapar dan memberitahukan pada sang ibu, dia hanya menjawab dengan nada dingin: “Kamu sudah besar, apakah masih belum bisa mengurus dirimu sendiri?”
Dari itu, anni berpikir bahwa sang ibu tidak sayang padanya lagi, lalu timbul perasaan tidak senang dan benci pada sang ibu, dia mulai mencuci pakaian sendiri, menata kamar sendiri, saat lapar memasak sendiri, semua urusan harus dikerjakan sendiri, sebab biar pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau mengantuk, sang ibu tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan kalau sang ibu sudah tiada.
Tak seberapa lama kemudian, sang ibu pun meninggal dunia, selama selang waktu ini, sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ibu, bahkan bersikap dingin dan seakan bermusuhan, sehingga kematian ibunya tidak membawa dampak kesedihan sama sekali pada dirinya.

             Selanjutnya ayahnya menikah kembali, setelah ibu tirinya tinggal di rumah mereka, dia merasa ibu tirinya sangat baik padanya, paling tidak masih menyisakan sedikit lauk dan nasi baginya, setelah lelah seharian tidak perlu memasak sendiri, jadi hubungan dengan ibu tirinya masih terhitung cukup harmonis.
Sang anak belajar dengan keras dan akhirnya berhasil dalam ujian masuk perguruan tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, ketika sedang diliputi kecemasan, ayahnya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan kalau sebelum ibunya meninggal dunia ada berpesan agar pada saat menemui kondisi paling sulit, baru boleh menyerahkan kotak ini kepadanya.
Sang anak menerima kotak ini dari ayahnya, ketika dibuka ternyata di dalamnya ada setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya.

             Dalam surat tersebut tertulis pesan ibunya:
Anakku, kali itu ketika ibu pergi ke kota, sebetulnya ibu pergi memeriksakan kesehatan tubuh, setelah dilakukan pemeriksaan, barulah ibu tahu kalau ibu terkena kanker dan sudah stadium akhir, saat itu ibu hampir-hampir tidak bisa berdiri lagi. Ibu bukan khawatir akan diri ibu, akan tetapi ibu khawatir akan dirimu. Ibu berpikir jika ibu sudah tiada, bagaimana dengan dirimu nanti? Kamu masih kecil, bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup? Bagaimana menghadapi masa depanmu?
Dari itu, sepulangnya ibu ke rumah, ibu bersikap dingin kepadamu dan ingin kamu mengerjakan sendiri semuanya, juga tidak peduli lagi padamu agar kamu membenci ibu, dengan demikian sesudah ibu sudah tidak ada di dunia ini lagi nanti, kamu tidak akan diliputi dengan kesedihan.
Anakku, walau ibu tidak pernah bertanya padamu, namun di dalam hati ibu sebetulnya tetap mengkhawatirkan dirimu, setiap kali kamu pulang larut malam, walau ibu tidak membuka pintu untuk melihat dirimu, namun ibu tetap menunggumu pulang.

                Ketika kamu pulang dengan tubuh lelah dan perut lapar, ibu membiarkanmu masak sendiri, sebab ibu berharap sesudah ibu tiada nanti, kamu bisa menjaga diri walaupun tak ada aku lagi disisimu. Dulu ibu mengerjakan semuanya untukmu, namun sesudah ibu tiada nanti, siapa lagi yang akan menjagamu? Segala sesuatu di kemudian hari harus bergantung pada dirimu sendiri.Ibu berlaku buruk padamu, bahkan tidak memasakkan nasi untukmu dan semua pekerjaan harus kamu lakukan sendiri, maka dengan demikian ketika nanti ayahmu menikah kembali, kamu akan berpikir bahwa ibu baru akan lebih baik dari ibu, sehingga kalian akan dapat berhubungan dengan baik dan hari-harimu akan lebih mudah dilalui.
Dalam kotak ini ada uang 50000000yang diberikan nenek kepada ibu, sebetulnya ini adalah uang berobat ibu, namun ibu tidak rela menggunakannya, ibu tinggalkan untukmu dengan harapan ketika nanti kamu masuk perguruan tinggi dan membutuhkan uang, kamu dapat menggunakannya. Sekarang, ibu meminta bantuan ayah untuk menyampaikannya kepadamu. Air mata segera mengaburkan mata anni, juga mengaburkan sepasang mata kita yang membaca kisah ini, kasih ibu terhadap anak sungguh tanpa pamrih dan penuh akal budi, mana mungkin ada ibu yang tidak mengasihi anaknya?

          Ketika dia harus menahan perhatian dan kasih dalam hatinya kepada anak, harus berusaha keras untuk memperlihatkan wajah dingin kepada anaknya, saya sungguh sulit membayangkan, betapa menderitanya perasaan ibu ketika itu, namun demi perkembangan anak yang lebih baik dan kehidupan anak yang lebih berbahagia di masa mendatang, ibu rela menerima segala kesedihan, bahkan tidak menyesal untuk membiarkan sang anak salah paham terhadapnya. "aku menyesal..... aku menyesal.....telah berprasangka buruk terhadapmu ibu..... maafkan aku...". dan akhirnya, semenjak kejadian itu, ia merasa bersyukur karena ia memiliki ibu yang masih mempedulikan masa depannya.





Selasa, 25 Februari 2014

desa budaya kaltim

Kaltim akan perbanyak desa budaya

Awaluddin Jalil
Senin,  28 Januari 2013  −  18:33 WIB
Kaltim akan perbanyak desa budaya
Ilustrasi (istimewa)
Sindonews.com - Untuk menarik minat wisatawan, Pemerintah Povinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berniat memperbanyak desa budaya. Desa budaya ini akan dijadikan destinasi wisata melalui promosi yang terus dilakukan.

Desa budaya ini akan menjadi target Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim untuk dikembangkan dan dijadikan tujuan pariwisata. Sejak beberapa tahun terakhir, telah tumbuh kampung dan desa wisata di beberapa wilayah di Kaltim.

Sebut saja yang telah terkenal adalah Desa Budaya Dayak di Pampang, Samarinda dan Kampung Wisata Nelayan di Bontang Kuala, Bontang.

Selain itu ada Kampung Wisata Sarung Samarinda di Samarinda, Kampung di atas Air di Balikpapan, Kampung Seni di Pasar Tangga Arung, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Desa Wisata Pulau Derawan dan yang kini mulai tumbuh adalah Kampung Amplang di Samarinda.

“Kita memang terus mendorong dan memberikan dukungan terhadap tumbuhnya kampung-kampung wisata baru. Kesempatan dan peluang inilah yang harus dimanfaatkan oleh kabupaten/kota dalam mewujudkan kampung dan desa wisata tersebut,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim M Aswin, Senin (28/1/2013).

Diakuinya, Disbudpar Kaltim memang hanya sebatas memberi dukungan dan koordinasi saja. Karena segala kebijakan untuk menciptakan kampung wisata ini adalah kewenangan pemerintah kabupaten dan kota. Jika desa budaya terus diperbanyak, maka otomatis obyek wisata di Kaltim juga akan banyak.

Diharapkan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam menjual obyek wisatanya. Baik obyek wisata budaya, seni pedalaman dan pesisir, maupun kekayaan kuliner daerah.

“Jadi jika ada kabupaten/kota yang menciptakan kampung atau desa wisata baru tentu akan kita dukung, terutama dari program dan promosi,” katanya.
 sumber:http://nasional.sindonews.com/read/2013/01/28/25/711817/kaltim-akan-perbanyak-desa-budaya

pakaian adat kaltim

Pakaian Adat Kalimantan Timur

Orang Kalimantan Timur (Kaltim) biasanya mengenakan pakaian khas mereka bergantung fungsi dan penggunaan. Pakaian yang dikenakan untuk bepergian berbeda dengan pakaian sehari-hari. Apalagi pakaian untuk acara dan upacara-upacara tertentu. Begitu pula pakaian yang dikenakan untuk menari pun berbeda dengan pakaian lainnya. Pakaian adat yang dimiliki masyarakat Kaltim biasa dikenakan pada saat upacara, perkawinan, tarian, dan sebagainya.
Pada jaman Kesultanan Kutai Kartanegara (1300-1325), ketika upacara adat masih dilaksanakan, pakaian adat tradisional masih ketat diterapkan di kerajaan. Pakaian adat tersebut dikenakan pada saat peringatan hari nobat raja, perkawinan putra putri raja, saat diadakan adat erau atau pesta kerajaan, serangkaian upacara adat seperti adat mendirikan ayu, adat bepelas, adat menurunkan naga, adat menari ganjur dan lainnya. Tarian ganjur merupakan tarian setelah perlaksanaan upacara adat erau.
Pakaian adat saat upacara adat bepelas tersebut terdiri dari tutup kepala atau kopiah yang kiri kanannya berkancing emas, baju palembangan berkerah yang kancingnya dari emas sebanyak lima buah, bercelana sekoncong yang agak lebar, dan berselop sebagai alas kakinya. Baju palembangan tersebut terbuat dari bahan sutera berkembang-bekembang, dan memakai kain dodot. Para perempuan juga mesti mengenakan pakaian adat yang telah ditentukan, dilarang memakai pakaian bebas.
Adapun saat pelaksanaan adat menari ganjur mengenakan pakaian adat yang teridiri dari tutup kepala sejenis daster yang dinamakan bolang, yang terdiri dari tiga warna atau lebih. Warna-warna tersebut mengandung makna, bahwa semakin banyak warna yang dipakai, semakin tinggi derajat si pemakainya. Lalu baju yang dikenakan adalah potongan teluk belanga satin berwarna hijau dan kuning muda, bercelana panjang yang warnanya sama dengan baju, di luar celana dikenakan dodot rambu. Dodot rambu adalah kain panjang yang diberi hiasan berumbai-rumbai benang emas. Bagian depan dodot rambu ujungnya dipasang di atas lutut, sementara bagian belakang sampai ke tumit.
Dalam serangkaian acara tersebut, para pembesar kerajaan, keluarga raja, pangkon, dan para tamu mengenakan pakaian adat tradisional yang telah ditentukan oleh raja secara turun temurun. Setiap warga Kutai patuh dan taat mengikuti aturan tersebut. Tidak satupun yang berani melanggar ketentuan adat itu, terutama pada upacara erau kerajaan mesti mengenakan pakaian adat. Masing-masing status di Kutai telah ditentukan pakaian adat tradisionalnya sesuai dengan derajatnya.
Hal tersebut terutama pada upacara adat perkawinan. Mempelai yang berasal dari rakyat biasa akan merasa segan mengenakan pakaian yang dikhususkan untuk mempelai keturunan raja-raja, meskipun rakyat biasa tersebut memiliki kedudukan yang terhormat dalam pergaulan masyarakat. Demikian pula saat menghadiri upacara erau dan lainnya.
Setelah swapraja dihapuskan berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959, peraturan adat yang ketat itupun mulai longgar. Sultan tidak lagi memegang kekuasaan dalam pemerintahan. Hal ini berakibat pada upacara erau yang tidak lagi bisa dilaksanakan karena biaya yang amat mahal. Saat ini upacara erau hanya dilaksanakan dalam memperingati hari jadi Kota Tenggarong. Pada upacara inilah masyarakat mengenakan pakaian adat tradisional Kalimantan Timur. Bahkan pakaian adat mereka berbeda-beda karena masyarakat Kaltim berasal dari berbagai suku.
Selain pakaian adat tadi, ada lagi pakaian adat tradisional bernama Kustin. Pakaian ini dipakai oleh suku Kutai dari golongan menengah ke atas pada waktu upacara pernikahan. Istilah kustin sendiri berasal dari kata kostum yang artinya kebesaran, atau yang berarti pakaian kebesaran suku Kutai. Tapi itu dulu pada jaman kerajaan Kutai Kartanegara.
Bahan baju Kustin  dari beledru warna hitam, berlengan panjang dan kerah tinggi. Ujung lengan, kerah serta bagian dada berhias pasmen. Celana yang dikenakan adalah celana panjang, warnanya sama dengan baju. Di luar celananya dipasang dodot rambu. Tutup kepala yang dikenakan adalah kopiah bundar yang dinamakan setorong, tingginya 15 cm, berpasmen yang berwarna keemasan. Bagian depan setorong dihiasi dengan lambang yang berwujud wapen. Hal ini mengandung makna menunjukan kekuasaan seseorang. Alas kakinya mengenakan selop kulit berwarna hitam. Perhiasannya terdiri dari kalung bersusun disematkan di baju bagian dada.
Sementara wanitanya mengenakan sanggul atau gelung Kutai, bentuknya hampir sama dengan sanggul Jawa. Pada puncak bagian belakang dikenakan kelibun yang berwarna kuning, bahannya terbuat dari sutera. Untuk kainnya dipakaikan tapeh berambui, yakni kain panjang berumbai-rumbai benang emas yang diletakan di bagian muka. Bajunya berkerah tinggi dan berlengan panjang. Leher dan bagian depan baju memakai pasmen. Pasmen dan storong berfungsi untuk menunjukan status si pemakainya.



sumber:  http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1184/pakaian-adat-kalimantan-timur
 

budaya yang hampir punah di kaltim

Pengrajin Hampir Punah, Batik Kaltim Diproduksi di Jawa
Mengintip Persiapan UMKM Kaltim Hadapai Pasar Bebas; Produksi Kerajinan (2)
 
Jumat, 18 Oktober 2013 - 06:56:05
|
Pro Bisnis
|
Dibaca : 583 Kali
 
Selain kuliner khas seperti amplang, produk kerajinan daerah Kaltim merupakan favorit wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, saat ini, salah satu komoditas unggulan untuk kalangan pelaku UMKM lokal itu, kini seperti kehilangan gairah. Alih-alih bersaing dengan pengusaha asing, produksi kerajinan lokal bahkan lebih banyak dijalankan masyarakat luar daerah.
 
NUR RAHMAN, Samarinda
 
SUVENIR khas Kaltim, justru bukanlah bisnis utama para pedagang kerajinan lokal. Sebagian besar omzet, justru ditopang pemasukan dari penjualan batu permata yang merupakan kerajinan khas provinsi tetangga, yakni Kalimantan Selatan.

Pilihan tersebut memang terpaksa diambil para pengusaha mengingat gairah pasar komoditas ini tak seantusias beberapa waktu silam. Tak hanya serapan pasar, produsen kerajinan khas Kaltim pun seakan telah jenuh mengembangkan produk yang sebenarnya memiliki banyak peminat itu dari luar daerah itu.

Kholis Darul Quthbi, salah satu pengusaha kerajinan mengatakan, untuk mendapatkan barang kerajinan seperti perhiasan dan ukiran, dia mengaku harus menyediakan modal untuk membayar para pengrajin. Padahal, beberapa tahun lalu, kata dia, para pengrajin berlomba-lomba menitipkan karya mereka di lapaknya.

“Sekarang, ada uang ya ada barang. Itupun, harus jauh-jauh hari karena pengerjaannya memakan waktu,” ucapnya. Panjangnya waktu pembuatan disebut Kholis disebabkan semakin berkurangnya jumlah pengrajin di Samarinda dan sekitarnya. “Makin tahun, seperti tidak ada yang melanjutkan memproduksi kerajinan. Padahal, saya sering mendapat permintaan dalam jumlah banyak yang datangnya secara mendadak,” ujarnya.

Kurangnya tenaga pengrajin itu juga, lanjut dia, yang membuat harga hasil kerajinan asli Kaltim semakin tinggi. Celah ini membuat para pengrajin produk serupa dari luar daerah mulai “membajak” beberapa kerajinan khas Kaltim.

“Ada yang dari Jawa, ada juga dari Sulawesi. Bahkan, saya dengar, produksi mereka sudah tembus hingga ke Malaysia,” kata dia. Tingginya animo masyarakat luar daerah menggarap motif-motif khas Kalimantan, membuat mereka barang “tiruan” tersebut memiliki harga lebih bersaing.

“Saking jauhnya selisih harga, beberapa pengusaha di Samarinda juga ada yang memilih memasok barang dari luar Kaltim. Daripada mengharapkan pengrajin lokal, sudah harganya lebih tinggi, kerja sama juga tak bisa dilakukan berkelanjutan,” beber pemilik toko suvenir Dewi Indah itu.

Menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN, sarjana ekonomi itu mengaku pasrah. “Memproduksi kerajinan daerah saja, pengrajin kalah bersaing dengan daerah lain. Jika ditambah pengusaha asing, saya hanya bisa mengandalkan kedekatan dengan pelanggan saja,” urainya.

Kepercayaan pasar itulah yang disebut Kholis menjadi senjata utama mereka untuk konsisten menjual kerajinan khas Kaltim. “Untungnya, saya sudah 20 tahun lebih berbisnis seperti ini. Kalau baru mulai sekarang, saya rasa berat menjalankannya. Apalagi nanti akan ada pesaing dari luar negeri,” tandasnya.

Sementara itu, pengusaha kerajinan lainnya, Rasyid Fikri menuturkan, karena sepi peminat, dirinya kini lebih memilih menjajakan kerajinan dari Kalimantan Selatan. “Saya memang masih menjual suvenir khas Kaltim, seperti gelang, kalung, dan kerajinan lainnya yang berbahan manik,” ucapnya.

Namun, untuk menopang usahanya, dia mengaku penghasilannya lebih banyak didapat dari penjualan permata dan emas putih. “Barang-barang kerajinan biasanya hanya laris saat ada event tertentu saja. Pada hari-hari biasa, hanya barang-barang kecil yang laku,” ucap pengusaha yang memiliki lapak di Mal Mesra Indah itu.

Sama seperti Kholis, Fikri juga menyebut membeli beberapa hasil kerajinan yang diproduksi luar daerah. “Tapi tetap khas Kaltim, seperti kerajinan manik dan batik Kalimantan. Desainnya di sini, hanya diproduksinya yang di Jawa,” kata dia.

Langkah itu dia lakukan agar mendapatkan barang dengan harga lebih murah. “Kalau diproduksi di sini, harganya lebih mahal. Kalau harganya sama saja, saya pasti beli produk asli Kaltim,” tuturnya.

Selain itu, konsistensi suplai juga menjadi alasan Fikri lebih memilih memasok dari Pulau Jawa. “Tak banyak pengrajin lokal kita bisa memproduksi terus menerus. Sementara, saya harus tetap memenuhi permintaan untuk menjaga kepercayaan pasar,” lanjutnya. (lhl/*/k1)
 

kerajinan budaya kaltim dan makanan lokal

Selasa, 24 April 2012

KERAJINAN TANGAN DAN MAKANAN LOKAL KOTA SAMARINDA YANG LUAR BIASA

Kerajinan tangan adalah sesuatu yang bisa membuat banyak hal biasa menjadi menarik, dan dari beberapa kerajinan tangan yang pernah saya lihat, kerajinan tangan khas dikalimantan timur khususnya Samarinda banyak yang menarik juga.

makanan khas dan kerajinan tangan lainnya seperti sarung tenun dan kerajinan seni pahat dan ukiran juga manik - manik banyak dan dapat kita lihat di Kaltim Samarinda.

Samarinda Seberang tepatnya, kita bisa melihat semua kerajinan tersebut banyak dibuat oleh pengrajin yang dominan home industri dari ibu rumah tangga tetapi untuk makanan khas diSamarinda kota juga dapat dijumpai karena masyarakat lokal juga doyan.

Beberapa kelompok usaha yang cukup dikenal didalam dunia sarung tenun adalah KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) Aneka Cahaya Aqila dengan sebutan Raja Sarung Kaltim yang dipimpin oleh DRS. Haruni . HW, salah satu pengrajin sarungtenun dengan bahan dasar kain sutra dan katun. Ada juga CAHAYA SAMARINDA yang juga pengarajin sarung tenun dengan corak khas Samarinda yang dipimpin oleh HJ.ADERI dan ARSYAD, keduanya berlokasi diSamarinda seberang.

Makanan khas Samarinda adalah Amplang, amplang adalah makanan yang bentuknya sedikit unik dengan rasa seperti kerupuk dengan rasa khas yaitu rasa ikan tenggiri dan sangat aman dikonsumsi semua umur.

Salah satu UKM (usaha kecil menengah) yang memproduksi makanan ini adalah UKM CENTER EAST KALIMANTAN yang bertempat di Samarinda kota.

SALAH KERAJINAN SARUNG TENUN KHAS SAMARINDA








SALAH SATU KERAJINAN TANGAN MANIK-MANIK YANG MASUK REKOR MURI  
 
sumber  :http://demmysays.blogspot.com/

Cagar Budaya Kalimantan Timur

Samarinda

Klenteng Thien Ie Kong

Kelenteng Thien Ie Kong yang berada di Samarinda dan dibangun sejak jaman penjajahan Belanda. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1905 tersebut masih berdiri kokoh walaupun pernah hampir terkena  bom Jepang yang dijatuhkan untuk menghancurkan pabrik pengolahan minyak goreng yang berada dibelakang kelenteng, Kelenteng yang berada di Jalan Yos Sudarso Samarinda terletak di  muara Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam ini bahan bangunannya  terbuat dari kayu yang  didatangkan khusus dari negeri Cina. Bahkan, rangkaian bangunan sudah dibuat dari negeri asalnya.
Di Samarinda, kayu-kayu tersebut dirangkai menjadi satu. Uniknya, sambungan rangka tiang pada bangunan ini tidak menggunakan paku dari besi. Semuanya menggunakan pasak kayu, bahkan  engsel pintu pun terbuat dari kayu. “Kelenteng ini tidak saja selalu ramai oleh wargaTionghoa, tetapi juga masyarakat yang sekitar yang ingin bersantai di bagian belakang klenteng. Para orangtua sering melakukan pertemuan di gazebo dan para remaja berolahraga,” jelas Sugeng Haryono.(vb/yul)

Masjid Shiratal Mustaqiem
Pada tahun 1880, Said Abdurachman bin Assegaf dengan gelar Pangeran Bendahara, seorang pedagang muslim dari Pontianak, datang ke Kesultanan Kutai. Ia memilih kawasan Samarinda Seberang sebagai tempat tinggalnya dan ditanggapi oleh Sultan Kutai saat itu,Aji Muhammad Sulaiman setelah melihat ketekunan dan ketaatan Said Abdurachman dalam menjalankan syariat Islam.
Pada masa itu, Samarinda Seberang cukup dikenal sebagai daerah arena judi, baik sabung ayam pada siang hari atau pun judi dadu pada malam hari. Selain itu, peredaran minuman keras juga marak di kawasan Samarinda Seberang sehingga menimbulkan keresahan warga sekitar, karena bisa merusak citra Samarinda Seberang sebagai syiar Islam. Warga kampung hampir tak ada yang berani ke kawasan ini karena takut. Namun, Pangeran Bendahara mendatangi mereka untuk mengajak menjalankan syariat Islam.
Pangeran Bendahara dan tokoh masyarakat setempat berunding untuk mencari jalan keluar agar Samarinda Seberang bersih dari aktivitas itu. Dalam perundingan disepakati, lahan seluas 2.028 meter persegi di sana akan didirikan masjid.
Setahun kemudian, pada 1881, empat tiang utama (soko guru) mulai dibangun oleh Said Abdurachman bersama warga. Konon katanya, berdirinya empat tiang itu karena bantuan seorang nenek misterius yang hingga kini belum diketahui keberadaannya. Kala itu, banyak warga yang tak mampu mengangkat dan menanamkan tiang utama. Berkali-kali dilakukan, tetap saja gagal. Beberapa menit kemudian, datanglah seorang perempuan berusia lanjut. Dengan tenang dia mendekati warga yang sedang gotong royong. Nenek tadi meminta izin kepada warga untuk mengangkat dan memasang tiang. Warga yang mendengar ucapan sang nenek, langsung tertawa. Namun Said Abdurachman malah sebaliknya. Dia menyambut kedatangan nenek itu. Said pun meminta warga untuk memperkenankan si nenek untuk melakukan apa yang diinginkan. Nenek pun meminta warga dan Said Abdurachman balik ke rumah masing-masing.
Esok harinya usai salat Subuh, warga berbondong-bondong mendatangi lokasi pembangunan masjid. Seperti tak percaya, empat tiang utama telah tertanam kokoh. Warga pun kaget, tapi tak satu pun orang yang mampu menemukan keberadaan nenek itu. Setelah itu, Said Abdurachman dan tokoh masyarakat membangun masjid. Selama sepuluh tahun, pada 1891, atau tepat pada 27 Rajab 1311 Hijriyah, akhirnya Masjid Shirathal Mustaqiem rampung dari pengerjaannya. Sultan Kutai Adji Mohammad Sulaiman, sekaligus menjadi imam masjid pertama yang memimpin salat.
Setelah bangunan masjid rampung, pada 1901 Henry Dasen, seorang saudagar kaya berkebangsaan Belanda, memberikan sejumlah hartanya untuk pembangunan menara masjid berbentuk segi delapan, setinggi 21 meter. Menara itu berdiri tepat di belakang kiblat masjid. 
 
Sumber:
http://www.pariwisatakaltim.com/seni-budaya/cagar-budaya/